Laman

Sabtu, 01 Mei 2010

Habib Ali Mashur: Jangan Lupa Perbaiki Hati!

Senin, 12 Jumadil Awwal kemarin Tareem mengembang senyum. Hujan tak terlalu deras mengguyur beberapa saat. Hingga menjelang permulaan malam gerimis masih menyisa rintik menitiki setiap biji debu di antero kota mulia ini. Seperti biasanya, acara rutinan “Jalsah Itsnain (Jalsah Senin)” yang diselenggarakan oleh pesantren Darul Mustofa tetap digelar. Bedanya, karena malam itu malam pasca hujan akhirnya acara yang biasanya diselenggarakan di emper Masjid Jami’ Tareem, berpindah sementara waktu ke dalam Masjid. Al Habib Umar bin Hafidz selaku pembicara inti setiap pertemuan, saat itu tidak berkenan hadir karena beliau sedang berdakwah di luar negeri.
Akhirnya, yang menjadi pembicara inti malam itu adalah Al Habib Ali Masyhur bin Hafidz, pimpinan para mufti kota Tareem, Hadramaut, kakanda Habib Umar.
Dalam pidato beliau, Habib Ali Masyhur menitiktujukan tema pada satu bahasan tentang masalah klasik ishlaahul qolb. Pada permulaan ceramahnya, beliau mengutip kalam salah seorang ulama’ ahli adab (tasawuf) yang mengatakan bahwa keberadaan hidup kita saat ini tak lain seperti keberadaan kita di suatu tempat yang di depan kita ada banjir bandang yang mengejar kita, atau bahkan seperti di hadapan api yang menjilat-jilat ke arah kita. Di saat itu kita tidak memperdulikan lagi orang-orang yang berada di sekitar kita. Pikiran kita tertuju pada keselamatan kita sendiri. Bagaimana kita bisa selamat dari sahutan banjir itu atau jilatan api yang mengejar kea rah kita itu. Permisalan yang dimaksudkan kalam di atas adalah keberadaan kita di kehidupan akhir zaman ini yang dikelilingi berbagai macam fitnah yang kapan saja bisa menimpa kita (Allaahumma ‘aafinaa_pen.).
Korelasinya dengan ishlaahul qolb atau perbaikan hati adalah bahwa salah satu bekal seseorang untuk bisa memperoleh keselamatan dhohir dan batin adalah dengan memperbaiki hatinya yaitu dengan mengobatinya dari penyakit-penyakit hati yang sangat banyak macam dan jenisnya.
Beliau mengungkapkan; “sebagian orang apabila terkena musibah kecil dan remeh di salah satu anggota badannya, kakinya misalnya, cepat-cepat ia langsung berusaha bagaimanapun caranya ia bisa cepat mengobatinya. Akan tetapi sangat jarang sekali mereka yang mau mengoreksi penyakit-penyakit hati yang menjangkiti hati mereka. Seperti sombong, dengki, marah, memutus tali silaturrahim, riya’ dan sebagainya”. Kemudian beliau menegaskan kembali untuk mengajak para hadirin untuk bersama-sama menata niat untuk berusaha memperbaiki hati, menbersihkannya dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa yang berupa penyakit hati tersebut. Karena bagaimanapun, jelas beliau, penyakit hati atau batin, dampaknya sangat lebih besar dari penyakit dhohir untuk keselamatan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu bisa disimpulkan bahwa eksistensi setiap senyawa pada keeluruhan tubuh manusia berada pada hati. Rasulullah SAW> bersabda; …..bahwa di setiap tubuh ada segumpal darah. darah itu adalah hati.
Habib Ali Al Habsyi, pengarang kitab maulid simtuddurar pernah berungkap di depan sekawannya. Inti dari ungkapan beliau adalah beliau tak pernah bahagia dalam sebuah majlis melebihi sebuah majlis yang di sana hadir seorang muhibbin yang selalu meminta doa untuk baik dan bersihnya hati sedangkan yang lainnya tak meminta kecuali untuk hajat-hajat selainnya dari hajat dunia.
Anjuran memeperbaiki dan membersihkan hati bertajuk pada bahwasannya hati adalah mahallunadhorillaah (medan pendangan Allah SWT. terhadap hambaNya). Rasulullah SAW. bersabda di sebuah hadits: bahwa sesungguhnya Allah SWT. memandang terhadap hati-hati kalian bukan terhadap tubuh-tubuh atau bentuk-bentuk kalian… maksudnya Allah SWT. tidak hanya memandang perbuatan hambanya dari dhohir jisimnya, akan tetapi justru lebih memandang batinnya yaitu hatinya. Dan tidak diragukan lagi bahwa amal perbuatan hati adalah paling mulia, lebih mulia dari amal perbuatan yang kentara. Mengapa amal-amal hati seperti husnudhon terhadap Allah dan para hambaNya, tawadlu’ terhadap Alah SWT. dan para hambanya, ridlo dengan pemberian Allah SWT. dan amal-amal hati lainnya adalah lebih mulia? Karena amal-amal hati lebih bisa dipastikan lebih ikhlas dan murni dari riya’. Kemudian amal-amal dhohir yang didasari dengan kebersihan hati juga sangat mulia, karena itulah memang yang diinginkan dari amalan itu. Seperti sholat lima waktu, puasa, amalan-amalan fardlu lainnya dan berbagai amalan syar’i jika tanpa dibarengi dengan kebersihan hati, sebenarnya belumlah semprna pada tujuan disyariatkannya amalan itu.
 Permasalahan mengerucut pastinya pada tema perbaikan hati dan kebersihan hati untuk menjaga diri dari berbagai fitnah yang mengelilingi keberadaan kita. Karena kebersihan hati adalah bekal keselamatan dhohir dan batin, dunia dan akhirat.
Pada akhir sela-sela dan penghujung ceramah Habib Ali Masyhur berdoa untuk para hadirin agar dikaruniai perbaikan hati dan kebersihannya untuk bekal taat dan menghamba kepada Allah SWT. dan bermu’amalat terhadap seasama. Wallaahu a’lam (red).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar