Laman

Sabtu, 01 Mei 2010

MEMAHAMI HAKEKAT MAKNA TASAWWUF

0leh : Dhofirul Yahya*)

Tasawwuf, pada dasarnya merupakan esensi dari perwujudan akhlak seorang hamba kepada tuhannya, dimana ia di uji atas loyalitas penghambaannya kepada Alloh SWT. Alloh sebagai penciptanya dan dia hanyalah mahluk kecil yang pada hakekatnya ia bukan apa-apa, tidak mempunyai apa-apa serta tidak mempunyai daya kekuatan apa-apa, semuanya hanyalah pemberian Alloh SWT, karna sifat Rahman- Rohim-Nya.
Dengan memasuki dunia sufisme, seorang muslim akan dapat lebih memahami dan mengerti keberadan dan kedudukan jati dirinya dihadapan Al Kholiq, bahwa ia hanyalah seorang hamba. Melalui sufisme manusia di ajak untuk berserah diri secara total kepada Alloh SWT atas segala usahanya.

Bagi seorang sufi ,proses menjalani taqdir kehambaan merupakan hal yang urgen. Ketika nilai-nilai dalam tasawwuf sudah dipraktikkan dalam diri, maka ia akan menjadi semakin spiritualis, dan ia tidak akan kaku dalam memandang segala persoalan, tetapi Ia akan memandang segala persoalan dengan pandangan elastisme dan penuh kebijaksanaan.
Tasawwuf merupakan salah satu Arkanuddin ( rukun agama islam ), yang telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diceritakan dari Syayyidina Umar bin Khottob R.A, Ia berkata : "Suatu hari kami duduk bersama Rosululloh SAW, tiba-tiba muncul seorang laki-laki berpakaian sangat putih, rambutnya hitam legam, tidak di ketahui dari arah mana ia datang, dan diantara kami tak seorang pun yang tahu tentang dia, sehingga ia duduk dihadapan Nabi SAW, kemudian ia menempelkan kedua lututnya pada dua lutut Nabi SAW, dan meletakkan dua telapak tangannya pada pahanya, dan ia berkata: hai Muhammad, beritakan kepadaku tentang islam, kemudian Rosululloh SAW menjawab: Islam yaitu kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusannya, dan kamu laksanakan sholat, mengekuarkan zakat, berpuasa di bulan ramadlan serta nenunaikan haji ke baitulloh apabila engkau mampu. Orang laki-laki itu berkata: benar engkau wahai Muhammad. Maka kami heran padanya (laki-laki itu) dia bertanya dan membenarkannya sendiri. Kemudian ia berkata lagi: beritakan kepadaku tentang iman, nabi SAW menjawab : hendaknya Kamu beriman kepada Alloh SWT, malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rosulnya, hari akhir, serta beriman pada qodar: baik dan buruknya. Dia menjawab: benar engkau Muhammad. Dia bertanya lagi: jelaskan kepadaku tentang ihsan, Nabi SAW menjawab : hendaknya kamu beribadah kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya, maka apabila kamu tidak dapat melihatnya sesungguhnya ia melihatmu. Dia bertanya lagi, kemudian terangkan kepadaku tentang hari qiamat, nabi menjawab tidaklah seorang yang ditanya itu lebih mengerti dari pada penanya. Dia bertanya lagi: beritakan kepadaku tanda-tanda hari qiamat,…Sampai akhir hadist, kemudian Nabi SAW berkata :" ya umar tahukah kamu siapa yang bertanya?" aku (Umar r.a.) menjawab: Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu, Nabi SAW berkata: sesunggunya dia adalah malaikat Jibril yang datang kepadamu untuk mengajari kamu, agamamu.(H.R. Muslim).
Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa rukun agama islam ada tiga dan wajib bagi tiap mukallaf untuk mempelajari dan mengamalkannya: 1). Ilmu fiqih yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syar'iyyah amaliyyah yang telah diwajibkan oleh Alloh untuk mengamalkannya atas umat islam. 2). Ilmu tauhid yaitu ilmu yang wajib meyakininya bagi setiap mukallaf (muslim , balig, berakal), berupa sifat-sifat ketuhanan dan kenabian serta sifat–sifat sam'iyaat. Dan 3). Ilmu tasawwuf, yang dalam hadits disebut dengan "al ihsan" yaitu ilmu akhlaknya hati.
Pengertian tasawwuf dan sufi menurut ulama
Para ulama tasawwuf berbeda-beda dalam memberikan definisi tentang arti tasawwuf. Sebagaimana dikatakan pengarang kitab al maarif: Abu Muhammad al Hariri, ketika ditanya tentang tasawwuf, kemudian ia menjawab: tasawwuf ialah memasuki seluruh akhlak mulia dan keluar dari semua sifat tercela. Al junaid berkata," tasawwuf ialah Alloh mematikan dirimu dan menghidupkanmu bersama-Nya". Al 'allamah Habib zein bin ibrahim bin smith dalam kitabnya "syarakh hadis jibril" mendefinisikan tasawwuf ialah keluar dari semua sifat tercela dan masuk dalam budi pekerti yang bagus. Syekh Abul Hasan Abun Najib Abdul Qohir bin Abdulloh bin Muhammad Assahrowardi berkata: Attasawwuf awalnya adalah ilmu tengahnya amal dan akhirnya pemberian, maka ilmu menyingkap akan maksud dan amal menentukan pada keinginan, sedangkan pemberian adalah sampai pada tujuan yang di angankan. Al Junaid bin Muhammad al Qorowiry an Nahawandi mengartikan tasawwuf ialah terbentuknya tasawwuf atas delapan akhlak, yang mana berakhlak dengan akhlak tersebut delapan Nabi yaitu sifat dermawan yang dimiliki nabi Ibrahim, sifat Ridlo yang dimiliki oleh nabi Ishaq dan Sifat sabar yang dimiliki nabi Ya'kub dan sifat isyarat yang dimiliki nabi Zakariya, sifat pengembara yang dimiliki nabi Yahya, pakaian sufi yang dimiliki nabi Musa, dan sifat faqir yang dimiliki nabi Muhammad SAW.
Adapun makna Assufi, syekh Muhammad bin ibrohim bin 'abbad dalam kitab "syarah hikamnya", berkata: sebagian ulama mendefinisikan sufi yaitu orang yang sempurna yang tidak mengetahui seorangpun di dunia dan akherat kecuali Alloh, dan tidak menyaksikan bersama Alloh selain Alloh SWT, dan Alloh menjadikan segala sesuatu tunduk kepadanya, dan dia tidak akan tunduk pada sesuatu tersebut, Alloh memberinya kuasa atas segala sesuatu dan dia tidak dikuasai sesuatu tersebut, dia mengambil bagian dari tiap sesuatu dan sesuatu tersebut tidak mengambil bagian darinya, dengan dia kotoran segala sesutau menjadi bersih dan tidak akan mengokotori dirinya sesuatu tersebut, sungguh telah menyibukkannya Alloh yang maha esa dari segala sesuatu dan cukuplah Alloh baginya dari segala sesuatu. Al 'allamah Habib zein bin ibrahim bin smith berkata: "Maka ketika seseorang menghiasi dirinya dengan budi pekerti yang baik, yang datangnya dari sunanun nabawiyyah dan mengeluarkan sifat yang tercela dari dirinya maka ia disebut seorang sufi.
Masih banyak pendapat para ulama yang lain, tentang definisi tasawwuf dan sufi yang tidak mungkin penulis menyebutkannya disini, yang pada intinya sebagaimana disebutkan oleh Ali bin Hasan Al Attos pengarang kitab "Al qirtos" Bahwa pada umumnya seorang sufi adalah seorang faqih yang mengamalkan ilmunya kemudian Alloh memberinya pengertian ilmu yang belum ia mengerti dan Alloh memberinya dengan kefahaman atas rumit dan rahasianya syari'ah. Dan para ulama tasawwuf berkata: " Tasawwuf semuanya adalah akhlak terpuji, barang siapa yang bertambah budi pekertinya maka bertambahlah dalam tasawwufnya. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan Attirmidzi disebutkan," seberat–beratnya amal yang diletakkan pada timbangan seseorang pada hari kiamat adalah akhlak terpuji. Imam Al Ghozali merumuskan Akhlak terpuji pada sepuluh hal, yaitu : at taubah, al khouf (takut pada Alloh), al zuhdi, assobri (sabar), Syukur, ikhlas, tawakkal, Al mahabbah ( cinta pada Alloh), Ridlo dan ingat akan kematian.
Hakikat Sufi
Pada hakikatnya seorang sufi adalah seorang yang mengerti ('alim) dan mengamalkan ilmunya, dengan keikhlasan tanpa adanya tujuan lain selain Alloh, maka tidaklah dikatakan seorang mengerti ilmu tasawwuf kecuali mengetahui cara sampai pada amal dengan keikhlasan. disebutkan oleh Al imam Abdul wahab As sya'roni, dalam kitabnya" lawaqiul anwar al Qudsiyyah" bahwa sayyid Ibrahim addasuqy berakta: " andaikat seorang 'alim datang pada ahli sufiyyah dengan bersih dari cacat dan penyakit, maka mereka akan mengantarkannya dihadapan Alloh dengan sekejap. Tetapi ia datang kepada mereka (sufiyyah) dengan penyakit serta cacat dhohir dan batin, berupa pengakuan akan ilmu, cinta pada dunia dan kesenagannya, sedangkan bathinnya dipenuhi dengan sifat hasud ,kebencian, tipuan ,dendam, kepalsuan serta sifat-sifat jelek lainnya, oleh karena itu mereka, para sufiyyah menyuruhnya untssuk untuk mengobati dirinya agar terbersih dari sifat-sifat jelek tersebut, sesungguhnya sifat-sifat tersebut adalah akhlaknya syetan. Dan budi pekerti seorang sufi hendaklah selalu kontinyu hatinya bersama Alloh dalam segala hal, dan meniggalkan semua hal yang memisahkan hatinya dari Allah, dengan selalu istiqomah melaksanakn perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangannya.
Turuqus sufiyyah
Adapun jalan yang ditempuh seorang sufi walaupun banyak dan berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sebagai mana sebagian orang sufi, ada yang menempuh jalan mendidik masyarakat dengan menunjukkan cara beribadah kepada Alloh dan berakhlak mulia, ada yang thoriqohnya memperbanyak aurad (amalan-amalan ibadah) semisal sholat, puasa, membaca al qur'an, membaca tasbih dan lain-lain, yang pada dasarnya adalah mengarah pada satu titik temu yang disebut mujahadah. Sebagaimana dikatakan dalam kitab "Dhowahirul Haqoiq" imam Abdulloh Alhaddad berkata: walupun bermacam-macam cara atau jalan dalam tasawwuf pada hakekatnya adalah satu jalan yaitu memerangi nafsu dan keluar dari sesuatu yang mengajak pada nafsu dan ini adalah perkara yang sulit. Beliau Imam Abdulloh Al Haddad juga menuturkan: "sesungguhnya aku tidak menyuruh manusia dengan jalan yang d itempuh para muqorrobin, dan aku tidak memerintahkan pada mereka jalan itu dengan banyak kecuali mendorong mereka jalan yang ditempuh ashabul yamin, karena manausia tetkala jauh dari zaman kenabian mereka akan mundur sedikit-demi sedikit, pertama mundur dari maqom islam, kemudian dari maqom iman, kemudian mereka, pada zaman ini kebanyakan hampir keluar dari daerah islam.
Tujuan dan buah dari tasawwuf
Bagi seorang sufisme Tujuan dari tasawwuf tidak lain adalah Al wusul ila Alloh (yaitu sampainya kepada Alloh ), Alloh SWT adalah tujuan akhir dari perjalanan penghambaannya, dimana hatinya selalu bersama Alloh, walupun dalam keadaan apapun dan situasi apapun hatinya tidak akan berpaling dari-Nya. Ketika hati seorang sufi dipenuhi dengan cahaya ilahi maka yang terpancar adalah buah ketenangan dan ketentraman dalam dirinya dimana dan kapan saja. yang mana dalam tataran ini ia disebut dengan kekasih Alloh, sebagaimana di sebutkan dalam AlQur'an :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh tidak ada rasa kekwatiran terhadap diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati)".
Buah lain dari pengamalan tasawwuf ialah menumbuhkan spirit ibadah dan amal, dimana dengan ibadah dan amal tersebut menjadi jalan untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT, dengan tasawwuf tumbuh rasa cinta dan rindu pada Alloh SWT. Yang pada akhirnya sifat-sifat kebesaran Alloh memantul pada dirinya sehingga ia menjadi manusia yang suka membantu dan menolong sesama, suka memberi, suka memaafkan , bijaksana dan lain sebagainya. Wallo hu 'a'lam bisshowab.


*)Penulis adalah mustasyar PCI NU Yaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar