Laman

Minggu, 20 November 2011

MENGUJI KESABARAN

 Dhofirul Yahya*)

Setiap manusia tentunya mempunyai tingkat kesabaran yang berbeda-beda, dan tiap kesabaran itu sangat berpengaruh sekali terhadap diri seseorang dalam menjalankan hidupnya, dalam menata tatanan hidupnya,  dalam interaksi antar sesama, serta dalam interaksi dia kepada tuhannya, tuhan yang menciptakan dan memberikan kelangsungan hidup pada dirinya, yang mana dia selalu diberi rizki yang tidak terhitung nilainya, sebagaimana di firmankan Alloh SWT:

 "Dan jika kamu menghitung ni'mat Alloh, tidaklah kamu akan mampu menghinggakannya, sesungguhnya manusia itu sangat dzolim dan sangat mengingkari (ni'mat Alloh)". (QS: Ibrahim:34). 

Dengan kesabaran dia dapat mengendalikan dirinya. Dengan sifat sabar juga mahluk disekelilingnya menjadi senang dan selalu sayang kepadanya. Dimana Sabar dapat membuahkan ketentraman pada diri juga mahluk sekitarnya, dapat membuahkan sifat rahmah kasih sayang kepada mahluk dan alam sekelilingnya, oleh sebab itu yang dilangitpun juga akan menyayanginya, sebagaimana sabda Nabi SAW:

" Berilah kasih sayang pada orang-orang yang ada di atas bumi maka mahluk yang dilangit akan memberikan kasih sayang padamu".

  Alangkah mulyanya Orang yang bersabar dimata semua mahluk, lebih-lebih dalam pandangan Alloh, dimana Alloh SWT akan selalu menyukai orang-orang yang bersabar, karna sifat sabar adalah sifat para nabi dan rasul-rasul Nya, sifat para kekasih pilihan Nya. Dengan sabar derajat seorang dapat terangkat disisi Alloh dan Ia akan sesalu bersamaNya, sebagaimana telah di tuturkan dalam firmannya:


 "Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar ". (QS:Albaqoroh:53). 

Dalam ayat lain disebutkan:

 "Dan ta'atlah kepada Alloh dan Rosul-Nya dan janganlah berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu gentar dan kehilangan kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar" (QS: Al Anfaal:46 ). 

Sungguh benar-benar mulya orang-orang yang mau bersabar dengan ujian dan cobaan Alloh dalam hidupnya. Sebaliknya Alloh tidak menyukai orang-orang yang tidak bersabar.
 Setiap orang yang hidup di muka bumi, maka ia tidak akan lepas dari ujian dan cobaan, karna pada hakekatnya ujian dan cobaan adalah untuk menguji seberapa besar kesabarannya dalam menghadapai ujian dan cobaan dalam hidupnya, dimana dengan kesabaran ia akan bertambah sadar bahwa segala sesuatu tidak ada yang berhak menentukan kecuali Alloh dengan Qodlo dan Qodarnya, ia akan bertambah sadar bahwa tempat kembali segala sesuatu hanya pada Alloh semata, manusia hanyalah berusaha dan setelah itu menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya, Allohlah yang mengatur serta menentukan segala urusannya. Alloh menyebutkan dalam Al Qur'an:

"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka kamu bertawakallah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya"(QS: Ali Imran:159).
             
Dalam hal kesabaran, para 'ulama telah membagi sabar dalam tiga kategori, yaitu:
Pertama: Sabar alal bala' (sabar terhadap ujian Alloh),
 Setiap manusia akan di uji dalam hidupnya oleh Alloh. Yang mana dengan ujian itu, Alloh masih menunjukkan rasa kasih sayang terhadap mahluknya, karna dengan adanya ujian, Mahluk akan semakin mengerti dan sadar bahwa dirinya tidak akan dapat berbuat apa-apa kecuali dengan kehendak dan pertolongan dari-Nya. Dengan begitu ia akan semakin merapat kepada Alloh sebagai wujud ketaatan dan loyalitas penghambaannya pada Nya. Sebagaimana misal Alloh menjadikan seeorang miskin setelah kaya, sesungguhnya kemiskinan itu adalah ujian dan cobaan Alloh, seberapa besar seorang hamba tersebut dapat bersabar dan tambah mendekat kepada Alloh dengan meminta terus kepada-Nya  tanpa putus asa, dimana hikmah dibalik kemiskinan itu ia akan lebih bersungguh-sungguh dalam ibadahnya dan memintaan kepada tuhan-Nya, Walau permintaan itu tidak di berikan secara langsung, Alloh akan memberikannya yang lebih baik menurut Alloh atau memberikannya kelak di akherat.  Sebagaimana orang miskin Alloh juga menjadikan orang kaya adalah sebagai suatu cobaan, seberapa besar orang tersebut dapat membawa amanah dari kekayaannya itu, kelak diakherat ia akan ditanya lebih banyak dan lebih lama dari pada orang miskin, dari mana dia mendapatkan harta, dan digunakan untuk apa kekayaannya itu. Dan akan selamatlah orang-orang yang dapat memegang amanah yang telah diberikan oleh Alloh kepadanya.
Sebaliknya Ketika Alloh membiarkan seseorang dari mahluknya, dengan mudah Alloh akan membiarkannya tanpa memberinya ujian dan cobaan, sehingga  berakibat pada kecongkakan dan kesombongannya kepada sesama dan juga kepada tuhanNya, yang mana Alloh tidak menyukainya. kita lihat raja Fir'aun, dalam hidupnya mulai lahir hingga akhir kematiannya Alloh membiarkannya, dengan tidak memberikan ujian dan cobaan padanya. sebagaimana dalam riwayat ia tidak pernah sakit, walau sakit kecilpun. Akibat dari itu muncul rasa congkak dan sombong pada dirinya dengan mengatakan bahwa "akulah raja yang yang tidak pernah sakit, raja yang harus disembah ". Bukan saja dia kafir dan menyekutukan Alloh, lebih dari itu, ia memplokamirkan diri dengan mengangkat dirinya sebagai tuhan. Naudzu billahi mindzalik.
Alloh adalah dzat yang menitipkan segala sesuatu pada mahluknya yang sewaktu-waktu akan mengambilnya.  Sesungguhnya sesuatu yang hilang pasti ada gantinya, dan mungkin ganti itu lebih baik dari pada yang hilang. Ujian terberat dari seseorang hamba adalah ketika ia harus terpisah dari sesuatau yang dicintai dan senanginya, sebagaimana seseorang kehilangan kekasih yang ia cintai dan orang tua yang di tinggal mati oleh anaknya. Sesungguhnya Sesuatu yang hilang tersebut akan diganti oleh Alloh dengan yang lebih baik menurut Alloh, ketika ia sabar dan ikhlas. Sebaliknnya ketika seseorang kehilangan Alloh maka tidak akan ada yang menjadi gantinya karena dialah satu-satunya tuhan yang dituju seluruh mahluk seluruh alam jagat raya, tuhan yang penuh Rahman dan Rahim kepada seluruh mahluknya.
Kedua: Sabar alat to'ah (sabar dengan selalu istiqomah berbuat taat kepada Alloh)
Dalam menjalankan ibadah ketaatan kepada Alloh, seseorang tidak lepas dari godaan-godaan yang dapat memalingkannya dari kontiunitasnya dalam beribadah kepada Alloh. Syetanpun tak henti-henti akan selalu menggoda manusia untuk melemahkan dan menjatuhkan imannya selagi hamba itu masih menyembah tuhannya Alloh Azza Wajalla, sehingga dengan begitu diharapkan ia kelak menjadi penghuni neraka sebagai teman abadi syetan dan iblis selama-lamanya. Nauzubilla hi mindzalik. Sebagaimana Alloh telah menjadikan syetan-syetan baik dari jenis manusia dan jin sebagai musuh dari tiap-tiap nabi, sebagai ujian dan rintangan baginya dalam kontiunitasnya menuju kepada Alloh SWT. Sebagaimana di tuturkan dalam Al Qur'an:
"Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan yang mereka ada-adakan". (QS: Al An'am:112).
Ketiga:Sabar alal ma'siat (sabar untuk tidak berbuat maksiat).
setiap manusia tentu diciptakan disertai dengan nafsu, dimana nafsu selalu condong dan mendorong manusia untuk berbuat kepada kejahatan dan kejelekan, sebagaimana telah dikisahkan dalam Al Qur'an:
 "Dan aku tidak membebaskan diriku(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang".( QS. Yusuf:53).
Sungguh nafsu merupakan bagian dari ujian Alloh SWT untuk menguji hambanya kecuali nafsu yang dirahmati oleh Alloh SWT(sebagaimana nafsu mutmainnah dan nafsu mardiyyah), tinggal bagaimana seorang hamba tersebut dapat menguasahi dan mengendalikan nafsu jeleknya, dengan bersungguh-sungguh dalam mujahadah dan memotong kesukaan dan kesenangan nafsunya. Tetkala ia dapat mengendalikan dan menguasai nafsunya dengan mengarahkan dan menjadikannya sebagai pompa pendorong untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Alloh SWT, dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-larangan Nya, dengan menjauhi maksiat kepada Nya, maka ia patut menyandang predikat muttaqin, predikat yang selalu di harapkan kekasih-kekasih Alloh. Dengan predikat muttaqin manusia dapat mengungguli derajat para malaikat disisih Alloh. Sebagaimana firman Alloh:
" Hai manusia sesungguhnya aku menciptakan kamu dari seorang laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal .Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh maha mengetahui lagi maha menyayang". (QS: Al Hujuraat:13).
 Sebaliknya orang yang tidak dapat menguasahi dan mengendalikan nafsunya, maka ia akan bisa jatuh kederajat yang bisa lebih rendah dari pada hewan, karena disebabkan memanjakan dan menuruti nafsu jeleknya. Kalau kita menengok dalam fenomena yang ada, telah terjadi banyak perbuatan zina dan pelacuran, hingga tanpa pandang bulu, ada kakek yang tega menyetubuhi cucunya, orang tua menyetubuhi anaknya, dan banyak lagi fenomena-fenomena yang tak sedap dipandang lainnya, padahal Alloh telah mengingatkan:
 "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk" (QS: Al-Israa': 32)
Alangkah hinanya orang-orang seperti ini daripada kambing, hewan yang tidak mempunyai akal sedang manusia mempunyai akal tetapi tidak digunakannya karena sudah tertutup akal oleh nafsunya. Kita tahu banyaknya pencurian mulai dari maling kecil, maling ayam hingga maling Negara "korupsi" yang menyebabkan kerugian banyak orang. semua itu karena syahwat terhadap harta yang telah menutup  dan membelenggu mata hatinya. Dengan jalan pintas untuk mendapatkan harta, ia lewati jalan yang tidak halal dengan tanpa mengindahkan aturan-aturan agama. Begitu juga syahwat terhadap jabatan yang tak terbendung, yang menyebabkan ia buta untuk selalu ingin medapat dan menduduki jabatan itu, hingga tanpa pandang bulu siapa yang menghalangi langkahnya, maka ia akan menendang dan menyingkirkan jauh-jauh dari hadapannya. Demi jabatan juga ia rela memutuskan sillaturrahim dan kekeluargaan pada saudara-saudaranya, padalah ia tahu memutuskan sillaturrohim adalah dosa besar, perbuatan yang tidak disukai oleh Alloh SWT.
            Kesabaran merupakan bekal bagi tiap insan mu'min untuk selalu menjadikannya sebagai wasilah ibadah kepada Alloh jalla Wa ula, karena setiap kesabaran ada nilai ganjarannya. ketika setiap amal perbuatan baik kita lakukan dengan kesabaran, maka amal tersebut akan berbuah pada keikhlasan, yang berarti dengan keihlasan tidak ada sesuatu yang kita harapkan dari setiap amal perbuatan kecuali ridlo Alloh semata. Karena tidak ada kenikmatan yang abadi di dunia ini kecuali dengan ridlo Alloh dengan selalu bersamanya. Semoga kita termasuk orang-orang yang sabar, orang-orang yang dipilih dan dicintai oleh Alloh. Dengan begitu kita akan selalu lurus dalam keta'atan dengan lindungan hidayah dan ridlo-nya. Amiin.

*)Penulis adalah mustasyar PCI NU Yaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar